BANDUNG, – Unik dan sangat menarik, itulah ide yang di jalankan oleh sejumlah anak muda yang tergabung dalam organisasi kesejahteraan sosial di Indonesia, Pemuda Peduli Kesejahteraan Sosial (PPKS), dan bekerjasama dengan sahabat difabel, dan gerakan Bandung disiplin. Seperti apa?
Setiap memasuki akhir pekan, tepatnya dua minggu satu kali, sekumpulan anak muda ini, kerap menggelar kegiatan yang diberi nama Workshop Kreatif (Woke). Tempat yang mereka pilih pun tak jauh dari pusat keramaian Kota Bandung. Bertempat di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) sejumlah anak muda ini bahu membahu dan saling bersinergi untuk menyukseskan project tersebut.
Uniknya, kegiatan Woke yang mereka gelar ini ditujukan bagi penyandang disabilitas yang kurang terperhatikan. Kegiatan yang cukup positif yang jarang ditemui di tempat manapun.
Woke adalah sebuah kegiatan yang kental dengan nilai edukasi. Tengok saja, dalam setiap kegiatannya, kaum disabilitas ini bisa mengembangkan kreatifitasnya yang mereka miliki. Mereka membuat berbagai macam kerajinan tangan, yang nantinya diharapkan bisa menjadi peluang usaha bagi mereka.
Pengurus Woke, Jana Ahmad mengatakan, bukan tanpa alasan pihaknya menggelar kegiatan yang memberikan nilai edukasi bagi penyandang disabilitas ini, kata dia, melalui kegiatan ini pihaknya ingin mereka penyandang kaum disabilitas memiliki skil dan bisa menghasilkan karya untuk kemudian dijual dan membuka usaha.
“Ada satu hal yang dilupakan tentang disabilitas. Disabilitas ini sebetulnya berhak mendapatkan pekerjaan. Melalui kegiatan ini, saya ingin mereka bisa berwirausaha, dan nanti akan kita dampingi,” papar Jana.
Diakuinya, di Kota Bandung sendiri kegiatan semacam ini sangat jarang di temui. Tak sedikit penyandang kaum disabilitas yang memiliki skil yang tidak tersalurkan,
tapi ada pula dari mereka yang tidak terperhatikan, akhirnya mereka jalan masing-masing.
“Saya punya konsep gimana caranya kaum disabilitas ini memiliki skil pada akhirnya mandiri. Disabilitas juga sebetulnya mampu, tujuan akhirnya kami ingin mendampingi mereka sampai punya usaha,” ucapnya.
Woke digelar setiap dua minggu satu kali. Pihak penyelenggara akan mengahadirkan berbagai macam tema dalam setiap pertemuannya. Beberapa tema yang sudah mereka angkat yakni, membuat tas, pelatihan board game, origami dan board game dan lainnya.
Nantinya peserta akan membuat kerajinan tangan sesuai dengan tema yang diangkatnya. Ini dilakukan untuk mengasah kemampuan dan kreatifitasnya yang mereka miliki. Sehingga diharapkan kaum disabilitas ini memiliki skil yang nantinya bisa menjadi peluang usahanya mereka.
“Setiap pertemuan temanya beda-beda, kegiatan ini sudah digelar tiga bulan yang lalu, biasanya yang mengikuti sekitar 50 orang dan itu usianya 17 tahun ke atas,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini ke depannya dia berharap, kaum disabilitas ini bisa fokus sesuai dengan minat yang mereka miliki. Selain itu, kegiatan ini juga bisa menjadi media yang tepat bagi mereka yang ingin mengembangkan bakat dan kemampuannya.
“Harapan terbesarnya mah kegiatan ini bisa di dukung oleh semua pihak. Menurut saya selama ini anak-anak disabilitas itu kurang diperhatikan,” tambahnya.
sumber : cakrawalamedia.co.id
Let's Care, Let's Contribute !
BalasHapus